Rabu, 5 Juli 2017 merupakan hari paling bersejarah buat gue. Kenapa? Ya, hari ini adalah hari pertama gua masuk Moro. Moro merupakan sebuah pusat perbelanjaan di Purwokerto yang gue kira semua orang di daerah sini pasti tahu tempatnya. Awalnya, merupakan sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Purwokerto namun kini digeser posisinya oleh Rita Supermall sejak akhir tahun 2016 lalu.
Kenapa begitu senengnya masuk Moro sampai-sampai dibikin postingan seperti ini? Sebenarnya seneng si enggak, biasa saja sih rasanya. Cuma heran aja sama diri sendiri masa dari awal berdirinya Mall ini, baru tadi siang gue masuk. Kampungan banget gilaak! Nggak ada planning apa-apa, nggak ada rencana beli apapun tiba-tiba aja dadakan. Gue mandi jam 10 lebih terus langsung cus ke Moro. Sendirian kayak pendekar tapi gue nekad aja cuma berbekal sepeda motor bebek butut, pakai kaos oblong, celana training lutut sobek karena sering buat main futsal pas SMA jadi kiper tambah sendal gunung Westp*k. Sungguh rencana gue bukan belanja, lebih tepatnya mau mempermalukan diri wkwkwk. Tapi sebenarnya gue nggak malu juga sih, biasa aja, bodo amat, dan emang gue pikirin pengunjung lain, kasir, pramuniaga, kepala konter, mikir apa pas ngeliat gue. Gue enggak peduli yang penting gue mau masuk Moro untuk yang pertama kalinya dalam hidup gue!
Gue start dari rumah naik motor butut gue, ngeeeeeeeng! Di perjalanan gue mikir-mikir entar parkirnya dimana, lewat mana ya, terus mau beli apa? Dan sekitar 15 menit gue sampai juga di Moro. Di sana gue bingung masuknya lewat mana, lalu ada mobil pribadi lewat masuk Moro, gue ikutin dah itu mobil. Ternyata itu khusus mobil. Ya iyalah di Mall mana ada tempat parkir mobil sama motor jadi satu, gue aja yang bloon. Si penjaga pintu parkir bilang gini "Mas, motor sebelah utara", "Utara ya Mba?", jawab gue.
Gue putar balik, dan keluar dari tempat parkir mobil terus di tepi jalan gue nanya lagi sama orang lewat "Mas, parkir Moro lewat mana ya?', "Sana". jawab manusia tak dikenal yang gue tanya sambil menunjukan arahnya. Gue tanya lagi soalnya di situ gue nggak tahu arah mata angin, mana barat, selatan, utara. Tanpa pikir, gue jalan lagi mengikuti arahan mas-mas yang sebenarnya kayak bapak-bapak dan akhirnya kumenemukan apa yang gue cari untuk pertama kalinya di Moro, yaitu tempat parkir. Antre ternyata masuknya, gue bayar Rp.1.500,- gue mikir tanggung amat sih, kenapa nggak 1000 saja atau sekalian 2 ribu kan gampang. Ah tapi bodo amat yang penting gue masuk Moro, gue lanjut nyari tempat parkir yang nggak kepanasan soalnya parkirnya outdoor. Setelah menemukan tempat yang pas menurut gue dan motor gue, langsung aja gue copot helm di kepala gue. Gue masuk Moro langsung disambut sama bazar buku tulis dan tas soalnya kan ada event Back to School. Terus gue masuk tanpa arah dan tujuan yang jelas entah kemana gue, jalan ya jalan aja.
Gue bingung mau kemana, akhirnya penyakit gila diecast gue kambuh dan gue putusin gue mau nyari tempat mainan buat nyari Hot Wheels sama diecast lainnya. Gue tanya sama seorang pramuniaga di Moro, ternyata di lantai 3. Si pramuniaga juga nunjukin eskalator sama lift-nya tapi berhubung gue enggak nemu lift-nya gua jadi naik eskalator. Lambaaaaaat banget eskalatornya kayak keong, enggak sabar gue jalan aja kaya di tangga biasa. Dan tibalah gue di lantai 3. Di situ ada banyak banget mainan dari apa aja ada. Lalu, gue tanya sama satpam di Moro. "Pak, hot wheels di mana ya?" Gue kenudian dianterin sama Pak Satpam. Waaah ada banyak banget Hot Wheels dipajang dalam rak kaca. Hanya saja dari sekian banyak Hot Wheels yang ada, gue nggak nemu yang menurut gue bagus. Terus gue liat-liat apa yang ada dan akhirnya pilihan gue jatuh pada Hot Wheels Volkwagen Caddy, Plymouth lupa serinya, sama Datsun custom. Gue pertimbangin mau ambil yang mana soaknya gue nggak mau ngambil semuanya. Puluhan menit gue mikir dan akhirnya gue milih VW Caddy-nya. Ngga tau kenapa kabanyakan koleksi HW gue isinya pick-up sama muscle series. "Mba, yang ini Mba.". Pramuniaganya lalu menulis notanya spesial hanya untukku. (Ya iyalah, gue yang beli ya buat gue). Harganya, Rp.27.500,- beda sama di toko sebelah yang cuma di kisaran Rp.22.000-25.000-an.
Belum puas gue pengen liat-liat diecast yang skalanya lebih besar, di situ ada berbagai merk diantaranya Uni-Car, Kinsmart, Majorette, Green Light, Tomica, Weely dan lainnya gue lupa. Gue milih-milih, gue pelototin mata gue buat ngeliat detailnya. Sebenernya gue tertarik sama merk Green Light sayangnya cuma tinggal 1 stoknya. Gue suka soalnya berat di pegang, detailnya juga keren. Gue lihat-lihat lagi gue akhirnya mata dan hati gue terpana sama Shelby GT500. Sebenernya naksir juga sama Ford Mustang 1969 cuma detailnya kurang. Disitu ada juga diecast yang detailnya mantap cuma terkendala harga yang selangit dan pertimbangan untuk masa depan gue karena bulan ini masih panjang dan sadar diri akan gajian masih lama. Lagipula gue cuma diecaster newbie yang baru kemaren mulai suka diecast. Gue suka diecast cuma buat di pajang di rumah sama buat di foto.
Gue beli satu lagi merk Kinsmart. Terus mba-mba pramuniaga yang tadi nulis nota spesial buat gue nulis satu lagi buat gue dan gue langsung ke kassa untuk nebus tuh diecast.
Total belanja diecast gue cuma Rp.102.500,- untuk dua item, Hot Wheels (Rp.27.500) sama Kinsmart (Rp.75.000). Setelah diecast dalam genggaman, gue mampir sebentar di Bookstore ada banyak buku yang dijual, namanya juga toko buku, masa mau jual daleman sama sempak kan nggak mungkin.
Cuma lihat-lihat buat referensi siapa tahu besok pengen beli hahaha. Gue udah bosen di situ, nggak sadar udah 2,5 jam cuma milih diecast yang pas dihati. Gue tuurun lewat lift, keren kan? Lu pasti belom pernah naik lift kan?
Gue langsung turun dan nyari motor gue di parkiran, lalu tarik gas dan pulang. Ngeeeeeeeng!!!
Eh, tunggu dulu, gue nggak langsung pulang, gue mampir dulu di sebuah taman yaitu Taman Satria buat ngefotoin si Shelby GT500 pakai Samsung Galaxy Grand Duos gua. Ada cerita unik pas masuk di taman dan besok gue ceritain kalau ada waktu ya sekalian sama hasil fotonya.