Selamat hari Minggu, sudah lama nggak posting nih maklum sibuk di dunia nyata dan selebihnya beristirahat. Pada kesempatan kali ini saya mau berbagi pengalaman diruqyah untuk yang pertama kalinya. Ini adalah pengalaman nyata yang saya alami.
Kisah ini saya alami ketika saya duduk di bangku kelas 2 menengah atas. Waktu itu hari Senin dan cuaca sangat mendung tapi tak kunjung turun hujan dan hari terasa lebih gelap dari hari biasanya. Seperti biasa, sebelum berangkat sekolah saya sarapan dulu supaya bugar dan tidak lemas di sekolah. Hari itu kebetulan saya hanya sarapan dengan mie instan. Setelah sarapan ternyata hari itu saya cukup telat, jam dinding sudah menunjukan pukul 7 kurang seperempat. Saya bergegas mengendarai sepeda motor dengan agak terburu-buru. Syukurlah saya sampai dengan selamat di sekolah walaupun agak ngebut dan mepet dengan bel masuk.
Sampai di parkiran saya langsung meletakan helm di stang motor dan bergegas lari menuju ruang kelas. Sampai di kelas, dengan terengah-engah saya duduk di bangku yang biasa saya duduki di pojok belakang. Saya duduk bersama Irfan dan Fajar di depan saya. Kebetulan juga kelas saya hanya memiliki 4 murid laki-laki dan hari itu 1 orang tidak masuk karena sakit.
Sembari menunggu guru masuk kami terbiasa mengobrol ngalor-kidul dan bercanda nggak jelas. Pada hari itu kebetulan kami membahas tentang hal-hal yang berbau mistis seperti tentang jin-jin. Irfan, teman sebangku saya bercerita bahwa ayahnya dulu pernah melihara aji-aji atau apalah namanya yang jelas isinya katanya berbentuk harimau dan lainnya. Ada juga yang ikut di dalam organisasi persilatan yang masih memakai hal-hal mistis.
Hari itu sepertinya guru yang mestinya mengajar di kelas sedikit terlambat karena belum masuk-masuk dari beberapa menit setelah bel masuk. Obrolan pun makin seru dan makin serius, siswa perempuan pun jadi ikut nimbrung untuk mengobrol. Sedang asyik bercerita, ada anak perempuan yang hendak menuju toilet ditemani temannya. Si anak itu tergolong pendiam dan cantik karena beberapa siswa laki-laki kelas lain banyak yang naksir.
Beberapa menit kemudian, si anak itu menangis ketakutan saat dari toilet. Kata temannya yang mengantar ke toilet dia melihat kuntilanak di dalam toilet. Anak itu menangis ketakutan dan suasana di kelas pun jadi agak gaduh. Fajar, teman yang duduk di bangku depan saya bisik-bisik dengan saya katanya ayahnya si anak tersebut juga terbiasa dengan hal-hal yang mistis. Dan obrolan di bangku belakang pojok makin seru.
Sayangnya, obrolan yang sedang asyiknya harus terhenti karena bu guru masuk. Pelajaran pertama hari ini adalah Fiqih. Setelah masuk bu guru menanyakan keadaan si anak yang melihat kuntilanak di toilet. Bu guru mengira anak itu sakit, lalu siswa yang lain memberitahukan kalau ia habis melihat hantu.
Lantas, bu guru kemudian bercerita tentang hal-hal berbau mistis lagi. Kemudian bu guru akhirnya tau kalau si anak mungkin memiliki sesuatu yang mengikutinya dan membuatnya jadi sering meihat hal-hal yang tidak kasap mata. Bu guru pun bercerita kalau hal semacam itu bisa dikirimkan, misalnya dari bapak ke anak, gunanya untuk menjaga dari hal-hal yang bisa membahyakan anaknya. Tapi tetap saja hal seperti itu adalah hal yang dilarang dalam Islam.
Tiba-tiba Irfan bertanya pada bu guru "Kalau ikut perguruan silat yang pakai aji-ajian gimana bu?'. "Tetap saja itu tidak boleh dan itu termasuk syirik" jawabnya. "Hayuuuu irfan" sorak teman yang lain yang mengetahui kalau dia pernah ikut perguruan silat seperti itu. Dan dari situlah semua terbongkar dan bu guru menyarankan untuk di ruqyah. Awalnya, ruqyah akan dilakukan di kelas saat itu juga tapi ketika sedang membaca Surat An Nas anak yang tadi melihat penampakan menangis dan lemas meminta jangan diteruskan.
Karena itulah ruqyah dibatalkan dan kembali ke pelajaran seperti biasa hingaa jam pelajaran fiqih dan jam lainnya selesai. Pada jam istirahat semua siswa laki-laki kelasku keluar bersama dan menuju masjid untuk sholat dhuha. Di sekolahku kebiasaan itu memang seperti menjadi adat karena sekolah saya berwawasan islami, namanya juga Madrasah Aliyah.
Selesai sholat dhuha kami berbincang dengan laki-laki kelas lain yang juga ada sangkut pautnya dengan perguruan silat yang tadi dibicarakan di kelas. Kami berbincang seru hingga bel masuk. Sebelum masuk kelas, kami sepakat kalau kami berempat mau di ruqyah.
Pada saat pulang sekolah, saya dan kawan-kawan menemui guru fiqih yang tadi mengajar di kelas. Oh ya, namanya bu Yuhana. Dan setela bertemu bu Yuhana, kami berkumpul di masjid sekolah. Proses ruqyah dilakukan di masjid dan guru-guru lain pun ikut menonton dan ada juga yang ikut membaca.
Di pertengahan, anak kelas lain yang ikut perguruan silat mengalami kakinya kesemutan dan matanya merasa ngantuk secara tiba-tiba. Kemudian, Bu Yuhana menghentikan ruqyahnya dan menyarankan kami berempat untuk ikut ke rumahnya agar diruqyah oleh suaminya. Kami pun setuju dan langsung menuju kediaman Bu Yuhana setelah sholat dhuhur.
Seperempat jam di perjalanan akhirnya sampailah kami di rumah Bu Yuhana. Disana, kami di suguhi minum dan makanan kecil sambil menunggu suaminya pulang mengajar di sekolah lain. Lama menunggu akhirnya suaminya pulang dan kami bersalaman. Awalnya kami dikenalkan dan perkenalkan terlebih dahulu kemudian dijelaskan asal-usul ruqyah dan arti ruqyah itu sendiri. Kami juga diceritakan tentang pengalamannya meruqyah dan sebab-sebab orang harus diruqyah. Saya sendiri kaget ternyata memang sudah biasa menanganyi pasien ruqyah.
Setelah bercerita dan menjelaskan semuanya kami berwudhu untuk mengawali kegiatan dan kami mulai membaca suratan. Seperti biasa Andi yang tadi merasa kesemutan dan matanya mangantuk tiba-tiba mulai merasakan hal yang sama kembali. Kemudian, asisten/rekannya memijit kaki dan mengelus matanya. Sayangnya yang bereaksi hanya Andi sementara saya, Fajar dan Irfan tetap merasa biasa saja.
Beberapa menit kemudian saya mulai merasakan perut di bagian kiri saya sakit. Kemudian saya ditanya "Kamu ngerasa kenapa?, saja jawab "Perut saya sakit". Kemudian perut saya dipijit pelan-pelan. "Masih?" tanya rekan suaminya Bu Yuhana. "masih pak", jawab saya pelan. Sebenarnya saya menyadari bahwa sakit ini bukanlah sakit karena reaksi di ruqyah melainkan akibat dari sarapan saya pagi tadi karena mie instan.
Hingga selesai proses ruqyah sebenarnya sakit perut saya belum hilang tapi saya sudah mengatakan sudah sembuh sejak sebelum ruyahnya selesai. Selesai ruqyah kami diminta untuk berwudhu lagi dan langsung menunaikan sholat Ashar. Selesai sholat kami berkumpul dan disuguhi makan oleh Bu Yuhana. Sambil makan suaminya bu Yuhana menanyakan kepada Andi dan saya karena hanya kami berdua yang bereaksi pada saat di ruqyah. Reaksi yang dirasakan Andi adalah karena ada hal yang tidak beres dalam tubuhnya karena hal-hal ghaib sedangkan saya adalah karena ada hal yang tidak beres dalam tubuh saya karena sarapan yang saya makan pagi itu.
Hingga akhir dan pulang dari rumah Bu Yuhana saya tidak mengatakan sebab sebenarnya kenapa perut saya sakit, agak malu sih buat ngakuinnya. Agak konyol memang, tapi itulah pengalaman yang saya alami saat di ruqyah pertama kali. Alhamdulillah juga, pada saat itu saya tidak merasakan apapun kecuali karena sakit perut karena mie instan.